Jumat, 26 Maret 2010

september, 26, 2009



This day definitely was one of my favorite and must-remembered days of my life. I mean, semuanya mixed up. Then when I told you ‘semuanya’ it means ALL. REAL ALL.
That was the day of him..
I know..
The day when all those silly feelings came to an end.

it’s over - jesse mccartney*

Perjuangan panjang membibitkan, menanam benih, memupuk, menyamarkan keberadaannya sambil merawatnya di saat yang bersamaan. Mencoba mengabaikannya, mencoba melupakannya, mencoba mencabutnya walau akar yang tertinggal tetap membuatnya tumbuh kembali, perlahan. Tak pernah benar-benar pergi.
Hingga.. akhirnya hari ini, harus tercabik dan tercabut secara paksa. Bekas lukanya dalam. Sampai aku nggak tahu bagaimana harus membebatnya.
Ya, hari ini saatnya.

24 jam sebelum saat sakral itu, aku nggak nangis, aku kuat. And I appreciated myself so much about that.. dan hingga kurang lebih 12 jam setelah momen sakral itu selesai, aku juga nggak merasakan apa-apa. Nggak sedih walau juga nggak lega.. benar-benar nggak terdefinisikan.

Awalnya aku kira itu sebuah keberhasilan bahwa akhirnya.. it’s done. Definitely finished. Aku berhasil menghadapi ikrar sucinya pada cewek lain tanpa harus memalingkan wajah.

Kata-katanya mantap waktu membacakan sumpah pernikahan, walau agak sedikit terlalu cepat. Dan saat itu, walau aku sadar bahwa sejak itu ia sudah sah dan meyakinkan jadi milik orang lain, aku nggak merasakan apa-apa.
Mungkin aura magis pernikahan menyamarkan semuanya. Menguncinya di sebuah ruang yang nggak bisa dibuka hanya dengan sebuah alohomora. Perlu mantra khusus.
Aku melihat semuanya sejak awal : pembacaan sumpah, pengikatan janji, rentetan seremonial adat pernikahan yang sudah aku saksikan beberapa kali.

no air - jordin sparks feat chris brown*

Dia tersenyum? Of course..
Dan hampir di seluruh detiknya.
Dan apakah aku bahagia? Melihatnya secerah itu? Tentu. Tentu.
Dan saat itu, aku benar-benar bersyukur bahwa bukan aku yang dia gandeng, karena, belum tentu aku bisa membuatnya sebahagia itu.

Dia itu.. bagiku.. kekuatan dan teladan di hampir separuh hidupku. Sosoknya ngasih aku motivasi dan harapan, yang kurasakan makin mengabur dalam 5 tahun terakhir ini.
Sejuta kali aku merindukannya dan sejuta kali juga aku sadar harus berusaha lebih kuat lagi untuk bisa sejajar dengannya, apapun yang terjadi.

Sekarang, berapa kali pun aku merindukannya (dan aku tahu itu sudah sangat-sangat terlarang) nggak akan ada yang terjadi. Sesuatu yang sudah seharusnya terjadi sejak dulu.

Aku nggak mengerti apa yang membuatku begitu kuat.. dan kebas siang itu.
Aura pesta riuh yang memusingkan.. atau rendezvous bersama teman lama. Kurasa karena perpaduan keduanya.

aku ada - dewi lestari*

Tuhan sayang aku, aku tahu.
Karena Dia mengirimkan sahabat-sahabatku di saat yang tepat. Mengabarkan bahwa mereka ada di kota ini. Menungguku untuk datang. Sebuah pesan singkat di tengah keriuhan pesta. Membuat senyumku melebar, karena aku tahu apa yang akan menyambutku. Kehangatan.

Kami jarang bertemu karena masing-masing kuliah di kota yang berbeda. Mereka datang menyelamatkan aku dari ancaman nangis akbar.
Ya, aku pikir itu yang bakal terjadi andai aku pulang ke rumah langsung setelah pesta pernikahannya.

They told me stories, jokes and everything to make me laugh. Just forgot the wounds for awhile and reminded me that I could be happy, if I wanted to.
We discussed books, manga, songs, movies, like usual, strolled around munching ice cream, had junk food. Hingga senja turun dan aku harus pulang. Harus kembali sendiri, namun dengan kekuatan baru.

Dan aku selalu merasakan dorongan itu di dekat mereka, untuk membentangkan tangan membagi sebuah pelukan. Felt like leaning to their side, drop my head to their shoulder.. it felt so right..
Dia pergi dari hatiku, aku tahu.
Tapi aku punya mereka.
Untuk saat ini, itu cukup.

*huruf bercetak miring adalah backsound yang terputar saat catatan ini tertulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar