Selasa, 03 April 2012

there's something about rainy day in hometown

I just washed my feet, washed my face till i think it's clean enough, and brush my teeth..
harusnya saya siap-siap bobo, ya..


Plus, it's still raining outside. and i'm still in my hometown. Still in my 'kampung'and messy home. rumah ini masih bau cat kayu hasil bebenah ibu menjelang khitanan adek. But still feel same, just like home.


There's something about rainy day here in hometown.


The pitter patter of the rain abruptly or rhytmically drop on the roof or top of umbrella, the dark clouds, waterdrops in the soil, the earthy smell...


Siang ini saya dan beberapa teman : dewi, ayu sama farah menjenguk mita di rumahnya. beberapa waktu lalu mita sempat kecelakaan motor sampai-sampai tulang tempurung kaki kanannya retak. So, dia harus di-gips, memanjang ke dua sendi which is dari paha melewati lutut, sampai lewat pergelangan kaki dan menutup separuh telapak kaki. dan untuk aktivitas sehari-hari mita harus pakai kruk (poor her).
Waktu sampai kesana, i promised her once that i would sign her white cast, gips putih dia itu udah hampir penuh dicorat-coret orang. but, still, i signed it anyway, once a promise still promise right..


Dan sepulangnya dari rumah mita, saya dan farah kehujanan.



I survived the wet sampai naik angkutan umum, but saat turun di jalan masuk blok, benak saya sedang memilah dua opsi : naik becak or just walk.
It seems the answer is the latest..
I walked under the blue umbrella in the dark and rainy night.
Dan entah kenapa saya merasa saya sedang flashback ke masa lalu. Saat masih sekolah dan kuliah, masih mati-matian menghemat setiap sen dana bulanan yang ibu tetapkan. saat tak ada opsi selain jalan kaki. Meski hujan.
Dulu, nggak se-mengasyikkan sekarang. kadang saya bawa payung, kadang tidak. dan nggak ada acara itu earphone nangkring di kuping memutar lagu-lagu favorit saya.
dulu begitu sederhana. Hening, walau ramai oleh gemuruh dan hentak rintik hujan.
So, untuk mengisi keheningan itu, i thought, a lot.
Bukan mereview pelajaran atau kuliah yang baru saya dapatkan hari itu. Saya masih terlalu malas untuk jadi rajin begitu. Tapi berpikir, tentang betapa lebar lubang di tengah jalan hingga tergenang air begitu banyak, tentang wajah-wajah dan ekspresi yang saya sempat tatap di angkutan umum. Seperti apa hidup mereka, apa saja yang sudah mereka lalui hari ini, apakah hari-hari mereka juga fluktuatif seperti hari-hari saya?
Kadang saya juga berpikir tentang hidup saya, setelah hari ini, lalu besok bagaimana? nanti setelah lulus mau kemana? Pertanyaan standar yang bikin hati mencelos nggak karuan waktu itu.

Di Bandung saya jarang mampu melakukan itu, walking under the umbrella in rainy days thinking about life. Ada kebisingan kehidupan kota yang mengancam. so, i can't.

Hey, it has stopped raining outside. And i thought i should go to bed now or i'm gonna stay awake late again.
Katanya pamali perawan doyan begadang, hehe.

So, today i was grateful to be able walking under the umbrella in a rainy day and thinking. Ada rangkuman masa lalu, realita dan harapan yang sempat terputar di benak saya sepanjang perjalanan menembus hujan tadi. 

saya harap bisa mengecapnya lagi, someday.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar