harusnya saya siap-siap bobo, ya..
Plus, it's still raining outside. and i'm still in my hometown. Still in my 'kampung'and messy home. rumah ini masih bau cat kayu hasil bebenah ibu menjelang khitanan adek. But still feel same, just like home.
There's something about rainy day here in hometown.
The pitter patter of the rain abruptly or rhytmically drop on the roof or top of umbrella, the dark clouds, waterdrops in the soil, the earthy smell...
Siang ini saya dan beberapa teman : dewi, ayu sama farah menjenguk mita di rumahnya. beberapa waktu lalu mita sempat kecelakaan motor sampai-sampai tulang tempurung kaki kanannya retak. So, dia harus di-gips, memanjang ke dua sendi which is dari paha melewati lutut, sampai lewat pergelangan kaki dan menutup separuh telapak kaki. dan untuk aktivitas sehari-hari mita harus pakai kruk (poor her).
Waktu sampai kesana, i promised her once that i would sign her white cast, gips putih dia itu udah hampir penuh dicorat-coret orang. but, still, i signed it anyway, once a promise still promise right..
Dan sepulangnya dari rumah mita, saya dan farah kehujanan.
I survived the wet sampai
naik angkutan umum, but saat turun di jalan masuk blok, benak saya sedang
memilah dua opsi : naik becak or just walk.
It seems the answer is the
latest..
I walked under the blue
umbrella in the dark and rainy night.
Dan entah kenapa saya merasa
saya sedang flashback ke masa lalu. Saat masih sekolah dan kuliah, masih
mati-matian menghemat setiap sen dana bulanan yang ibu tetapkan. saat tak ada
opsi selain jalan kaki. Meski hujan.
Dulu, nggak se-mengasyikkan
sekarang. kadang saya bawa payung, kadang tidak. dan nggak ada acara itu
earphone nangkring di kuping memutar lagu-lagu favorit saya.
dulu begitu sederhana.
Hening, walau ramai oleh gemuruh dan hentak rintik hujan.
So, untuk mengisi keheningan
itu, i thought, a lot.
Bukan mereview pelajaran atau
kuliah yang baru saya dapatkan hari itu. Saya masih terlalu malas untuk jadi
rajin begitu. Tapi berpikir, tentang betapa lebar lubang di tengah jalan hingga
tergenang air begitu banyak, tentang wajah-wajah dan ekspresi yang saya sempat
tatap di angkutan umum. Seperti apa hidup mereka, apa saja yang sudah mereka
lalui hari ini, apakah hari-hari mereka juga fluktuatif seperti hari-hari saya?
Kadang saya juga berpikir
tentang hidup saya, setelah hari ini, lalu besok bagaimana? nanti setelah lulus
mau kemana? Pertanyaan standar yang bikin hati mencelos nggak karuan waktu itu.
Di Bandung saya jarang mampu
melakukan itu, walking under the umbrella in rainy days thinking about life.
Ada kebisingan kehidupan kota yang mengancam. so, i can't.
Hey, it has stopped raining
outside. And i thought i should go to bed now or i'm gonna stay awake late
again.
Katanya pamali perawan doyan
begadang, hehe.
So, today i was grateful to
be able walking under the umbrella in a rainy day and thinking. Ada rangkuman
masa lalu, realita dan harapan yang sempat terputar di benak saya sepanjang perjalanan
menembus hujan tadi.
saya harap bisa mengecapnya
lagi, someday.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar